RANO KARNO, Ratu Atut Chosiyah, Airin Rachmi Diany

RANO KARNO, Ratu Atut Chosiyah, Airin Rachmi Diany
RANO KARNO, Ratu Atut Chosiyah, Airin Rachmi Diany

Karya Ferry Muchlis Ariefuzzaman, Golkar Banten, 2010

Karya Ferry Muchlis Ariefuzzaman, Golkar Banten, 2010
Karya Ferry Muchlis Ariefuzzaman, Golkar Banten, 2010

Karya Airin Rachmi Diany & Ratu Atut Chosiyah (GOLKAR Banten 2011)

Karya Airin Rachmi Diany & Ratu Atut Chosiyah (GOLKAR Banten 2011)
Airin Rachmi Diany, Ratu Atut Chosiyah, Iran Narulita Wahidin Halim, Angelina Sondakh

Minggu, 07 Agustus 2011

Ratu Atut Meniru Program Agropolitan Marissa Haque dari IPB

Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan negara agraris dengan potensi pertanian yang cukup besar. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tidak pernah tergoncang oleh kondisi krisis global. Namun sampai saat ini, sektor pertanian tidak mampu menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi nasional. Hal ini disebabkan kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam selama ini hanya berorientasi kepada usahatani (on farm agribusiness) dengan sasaran utama peningkatan produksi. 


Sementara, orientasi yang mengarah ke sistem agribisnis tidak menjadi tujuan utama, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dengan demikian, perlu perhatian yang lebih serius dari semua pihak, baik pemerintah maupun swasta untuk membangun dan mengembangkan sistem pertanian di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya adalah dengan membentuk kawasan agropolitan di lokasi-lokasi strategis (sentra-sentra produksi) yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian (agribisnis/agroindustri).

Agropolitan Banten
Agropolitan adalah sistem manajemen dan tatanan suatu kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian (agribisnis /agroindustri). Kawasan Agropolitan merupakan kawasan di sekitar kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis. Kawasan ini juga nantinya mampu melayani, mendorong, dan menarik kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitar. 

Agropolitan merupakan bentuk pembangunan yang memadukan pembangunan
pertanian (sektor basis di perdesaan) dengan sektor industri yang selama ini secara terpusat dikembangkan di kota-kota tertentu saja. Secara luas pengembangan agropolitan berarti mengembangkan perdesaan dengan cara memperkenalkan fasilitas-fasilitas kota/modernyang disesuaikan dengan lingkungan perdesaan. Agropolitan ini menjadi kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian) yang memberi kontribusi terhadap pencaharian dan kesejahteraan masyarakat.

Untuk konteks Banten, saat ini pemerintah telah membangun sekitar 124km prasarana jalan untuk pengembangan agropolitan yang diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi industri pertanian. Hal itu dilakukan karena struktur perekonomian maupun komposisi penduduk di Provinsi Banten menurut mata pencaharian paling banyak jumlahnya di sektor pertanian.

Pertumbuhan wilayah utama di Banten hingga kini masih mengandalkan sektor pertanian, sehingga dalam pengembangan wilayahnya Pemerintah Provinsi Banten terus memerhatikan pengembangan aksesibilitas yang memadai. Tujuannya adalah untuk mensinergikan kawasan desa-desa pertanian dengan kawasan-kawasan industri lainnya. 

Pembenahan infrastruktur penunjang dengan pendekatan agropolitan itu merupakan salah satu upaya yang dilakukan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah untuk meningkatkan sektor pertanian. Hingga kini, dari 18 kawasan industri yang tersebar di Banten, sekitar 30% sudah dibangun kawasan agropolitan.
Meski demikian, jumlah kawasan tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan industri. Salah satu contohnya, dari sekitar 6.500 hektar lahan kakao yang ada di agropolitan Banten belum bisa mencapai taget kebutuhan industri pengolahan kakao di wilayah Tangerang.

Manfaat Agropolitan
Pada hari Selasa tanggal 28 Juni kemarin telah diadakan Lokakarya Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Pusat Pertumbuhan Provinsi Banten tahun 2011, di Hotel Krakatau Permata, Kota Cilegon. Dengan acara itu diharapkan bisa menciptakan keterpaduan program dan kerja sama antara Pemerintah Provisi Banten dengan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten. Sebuah program dan kerja sama dalam rangka pembangunan infrastruktur dasar kawasan agropolitan dan kawasan desa sebagai pusat pertumbuhan perekonomian.

Acara tersebut diikuti oleh 160 peserta yang terdiri dari instansi terkait, para Camat dan Kepala Desa/Lurah yang terdiri dari utusan Kabupaten Pandeglang (Kecamatan Panimbang), Kabupaten Serang (Kecamatan Waringin Kurung), Kota Cilegon (Kecamatan Cilegon), Kota Serang (Kecamatan Kasemen), Kabupaten Tangerang (Sepatan dan Mauk), Kota Tangerang (Kecamatan Cipondoh), Kota Tangerang Selatan (Kecamatan Ciputat) dan Kabupaten Lebak (Kecamatan Malingping dan Wanasalam).

Menurut hemat penulis, konsep agropolitan di Banten akan memberikan kemudahan produksi dan pemasaran kepada petani antara lain berupa: input sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, alat-alat pertanian dsb), Sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi, listrik dsb) dan Sarana Pemasaran (pasar, terminal angkutan, sarana transportasi dsb). Dengan peningkatan kemudahan faktor-faktor produksi dan pemasaran tersebut maka biaya produksi dan biaya pemasaran dapat diperkecil, sehingga hasil pertanian dapat lebih kompetitif di pasar.

Agropolitan merupakan sistem yang utuh, terintegrasi, dan bersifat multi sektor, terdiri atas subsistem agribisnis hulu, subsistem usaha tani, subsistem agribisnis hilir, dan subsistem jasa-jasa penunjang. Keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan erat kaitannya dengan kontinuitas, kuantitas dan kualitas subsistem usahatani, khususnya benih. 

Manfaat yang diperoleh melalui pembangunan kawasan agropolitan adalah: terciptanya wawasan agribisnis dan budaya industri (industrial culture) pada masyarakat; berkembangnya kegiatan off-farm yang berupa aktivitas-aktivitas pasca panen, pengolahan, pemasaran, dan jasa-jasa; tumbuhnya industri-industri di pedesaan sehingga dapat menciptakan nuansa perkotaan di desa; berkembangnya investasi di pedesaan sehingga aliran dana yang selama ini dari desa ke kota berubah menjadi dari kota ke desa; bertambahnya lapangan kerja; berkurangnya arus urbanisasi; dan meningkatnya pen

Oleh karena itu, komitmen pemerintah terhadap pengemabangan agropolitan Banten patut diapresiasi dengan berbagai dukungan dan kerja sama semua elemen masyarakat. Sejatinya, sebuah program tidak akan mampu berjalan secara maksimal jika tidak disertai dengan partisipasi yang nyata dari masyarakat.