RANO KARNO, Ratu Atut Chosiyah, Airin Rachmi Diany

RANO KARNO, Ratu Atut Chosiyah, Airin Rachmi Diany
RANO KARNO, Ratu Atut Chosiyah, Airin Rachmi Diany

Karya Ferry Muchlis Ariefuzzaman, Golkar Banten, 2010

Karya Ferry Muchlis Ariefuzzaman, Golkar Banten, 2010
Karya Ferry Muchlis Ariefuzzaman, Golkar Banten, 2010

Karya Airin Rachmi Diany & Ratu Atut Chosiyah (GOLKAR Banten 2011)

Karya Airin Rachmi Diany & Ratu Atut Chosiyah (GOLKAR Banten 2011)
Airin Rachmi Diany, Ratu Atut Chosiyah, Iran Narulita Wahidin Halim, Angelina Sondakh

Minggu, 07 Agustus 2011

Lagu buat Ratu Atut & Keluarga Koruptor dari Preman Indonesia

Antara Setan, Neraka, dan Koruptor

 

”Hai setan kini engkau menang, semoga engkau senang/ Kudoakan kepada Tuhan, untukmu komohonklan neraka jahanam …”

Itu potongan lagu ”Neraka Jahanam” yang dibawakan dua jawara rock, Duo Kribo:Ahmad Albar dan Ucok ”AKA” Harahap

pada 1978. Lagu-lagu rock era 1970-1980-an memang berkutat pada imaji-imaji seputar setan, neraka, badai, dan hujan. Gambaran serba keras, seram, dan angker itu lahir dari impresi auditif atas musik rock, terutama dari distorsi gitar yang keras-keras kasar, meraung-meraung, serta dentuman drum.
Selain lagu ”Neraka Jahanam”, muncul juga

lagu-lagu, seperti ”Selimut Neraka” (SAS), ”Jarum Neraka” dan ”Tangan-Tangan Setan (Nicky Astria), ”Setan Ketawa” (God Bless), ”Preman Metropolitan,” dan ”Air Api”(Ikang Fawzi), serta ”Hujan Badai” (Panbers). Atau simak lagu rock versi Koes Plus seperti ”Hujan Angin,” ”Kelelawar,” ”Kala-kala Hitam,” dan ”Hanya Pusaramu.”

Ian Antono, gitaris God Bless, mengakui impresi auditif dari musik rock, terutama bunyi gitar yang keras-keras distortif dan gemuruh drum, merangsang gagasan untuk melahirkan lirik lagu bercitra keras dan seram.


”Lirik disesuaikan dengan warna distorsi, suara gitar meraung-raung, drum yang full power, dan kebingaran musik. Kalau dibikin lagu, kita gambarkan setan itu begitu,” kata Ian yang bersama God Bless tampil dalam perhelatan musik Java Rockin Land, pekan ini.

Benny Panjaitan dari band Panbers menulis lagu ”Hujan Badai” karena menurut dia musik rock memang harus keras. Oleh karena itu, tema-tema lagu yang menggambarkan suasana keras dianggap sesuai jika dibawakan dalam kemasan musik rock. ”Hujan, apalagi badai itu kan keras. Itu cocok untuk tema lagu rock,” kata Benny.

Mungkin yang paling jujur dari semua lagu tersebut adalah Benyamin S. Dia secara apa adanya dan dengan gaya kocak menerjemahkan kesan meledak-ledak dari musik rock dalam lagu ”Kompor Meleduk.” Begini lirik awalnya: ”Jakarta kebanjiran, di Bogor angin ngamuk/ Ruméh ané kebakaran garé-garé kompor mleduk.”

Lebih polos lagi, Benyamin ”mentransformasikan” gaya menyanyi penyanyi rock yang pecicilan dan penuh teriak itu dalam lagu ”Kesurupan.” Ia menirukan gaya orang kesurupan dengan gaya banyolan khasnya, ”Hei setan mana ini? Setan Gundul.” Di tangan Benyamin, rock menjadi komedi. Lagu rock digunakan untuk main-main dengan semangat kerakyatan.

Meniru dan identitas
Apa boleh buat, rock datang ke Indonesia sebagai suara. Bukan sebagai sebuah gerakan budaya kaum muda seperti yang terjadi di Barat, tanah asalnya. Yang kemudian tertangkap di sini adalah aspek suara yang ingar. Bernyanyi rock dalam bahasa Indonesia dirasa oleh seniman Melayu sebagai perkara yang tidak mudah.
”Penataan nadanya susah karena kita terbiasa menggunakan bahasa Inggris. Kemudian kita harus menggunakan bahasa Indonesia. Mengucapkan ’aku cinta padamu’ saja rasanya juga aneh,” kata Ian Antono mengenang masa ketika harus membuat rock dalam bahasa Indonesia. Belakangan Ian produktif menulis lagu rock, bekerja sama dengan penulis lirik.

Pengamat dan praktisi musik, Remy Sylado, bisa memahami kesulitan musisi Indonesia tersebut. Salah satu faktor penyebabnya adalah panjangnya suku kata dalam bahasa Indonesia. ”Untuk mengatakan I love you saja dari tiga suku kata perlu tujuh suku kata menjadi a-ku cin-ta pa-da-mu,” tuturnya.
Proses mengindonesiakan rock memang melewati tahapan meniru.

Arthur Kaunang, pemetik bas band AKA dan kemudian membentuk SAS bersama personel AKA Sunata Tanjung dan Sjech Abidin, itu mengakui proses meniru merupakan sesuatu yang wajar. AKA dan SAS, misalnya, banyak membawakan lagu Jimi Hendrix, James Brown, Black Sabbath, Grand Funk Railroad, dan ELP.

”Kami saat itu masih sebagai pemain (lagu orang). Tapi, itu menjadi dasar untuk menjadikan rock sebagai tuan rumah di negeri sendiri,” kata Arthur.

Ian Antono juga mengakui melewati proses meniru sebagai semacam tahapan belajar untuk akhirnya mendapatkan identitas personal dan rasa percaya diri . ”Aransemen (band yang ditiru) itu melekat di kepala. Menghilangkannya yang susah. Sampai ada not-not Genesis yang masih terasa,” kata Ian jujur.
Dalam proses tersebut, penyanyi Ikang Fawzi memilih Rod Stewart yang bersuara serak. Di panggung ia sering membawakan lagu Rod, seperti ”I Don’t Wanna Talk About It.” Menurut Ikang, banyak orang yang suka ketika ia membawakan lagu-lagu penyanyi Rod. “Dulu saya nyanyi berbagai lagu, tapi kalau pas membawakan lagu rock, apalagi dari Rod Stewart, responsnya meriah, jadilah saya sering nyanyi lagu-lagunya,” kata Ikang.

Pemilihan itu menurut Ikang tidak hanya berdasarkan pada kekagumannya pada sang idola, tetapi tak lepas dari warna suaranya. Ia memang mengalami kelainan epiglottis yang menyebabkan suaranya tak bening atau serak. Jadilah Ikang sebagai Rod Stewart ”Melayu” dengan serak-seraknya itu.

Ganyang koruptor
Begitu juga Slank, band yang muncul pada 1983 atau setelah era AKA dan God Bless. Sebelum mendirikan Slank, Bimbim bergabung dalam Cikini Stone Complex (CSC) yang khusus menyanyikan lagu-lagu Rolling Stones. ”Sejak SMP saya sudah nge-band, dan nyanyi lagu-lagu Rolling Stones. Masanya memang seperti itu. Kalau main musik bisa sama persis dengan band Barat yang ditiru, kita sudah hebat,” ujar Bimbim.
Slank pada awal berdirinya masih membawakan lagu-lagu Barat ketika manggung, tapi porsinya hanya 50 persen. ”Kami nyanyi 50 persen lagu-lagunya Rolling Stones, Bon Jovi, Van Hallen. Sisanya 50 persen nyanyi lagu sendiri,” ujarnya
.
Belakangan Slank
merasakan lagu Barat sudah tidak cukup lagi untuk mengekspresikan diri. Pada saat yang sama, Slank punya kebutuhan untuk berekspresi sendiri melalui lagu.

”Gue pengen teriak tapi enggak bisa kalau pakai lagu Barat. Akhirnya gue teriak pakai lagu-lagu sendiri. Kita teriak protes pada orangtua. Kita juga mulai bicara soal love, peace, dan youth,” ujar Bimbim.
Slank juga menggunakan musik rock untuk untuk menyuarakan sikap antinarkoba, antikorupsi, serta antiperusakan hutan dan lingkungan. Mereka menyerukan perdamaian, solidaritas sosial, saling menghargai, lingkungan dan alam, serta persaudaraan. Dengan rock, Slank mengutuk para koruptor lewat lagu ”Bobrokisasi borokisme”

Dibagi rata semuanya diam
Rame-rame kita korupsi berjamaah
Bobrokisasi borokisme
Rock tampaknya makin relevan saat ini ketika korupsi makin merajalela. Yeaaach!

sumber :http://nasional.kompas.com/read/2011/07/24/03503046/Antara.Setan.Neraka.dan.Koruptor

Ratu Atut Meniru Program Agropolitan Marissa Haque dari IPB

Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan negara agraris dengan potensi pertanian yang cukup besar. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tidak pernah tergoncang oleh kondisi krisis global. Namun sampai saat ini, sektor pertanian tidak mampu menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi nasional. Hal ini disebabkan kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam selama ini hanya berorientasi kepada usahatani (on farm agribusiness) dengan sasaran utama peningkatan produksi. 


Sementara, orientasi yang mengarah ke sistem agribisnis tidak menjadi tujuan utama, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki. Dengan demikian, perlu perhatian yang lebih serius dari semua pihak, baik pemerintah maupun swasta untuk membangun dan mengembangkan sistem pertanian di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya adalah dengan membentuk kawasan agropolitan di lokasi-lokasi strategis (sentra-sentra produksi) yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian (agribisnis/agroindustri).

Agropolitan Banten
Agropolitan adalah sistem manajemen dan tatanan suatu kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian (agribisnis /agroindustri). Kawasan Agropolitan merupakan kawasan di sekitar kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis. Kawasan ini juga nantinya mampu melayani, mendorong, dan menarik kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitar. 

Agropolitan merupakan bentuk pembangunan yang memadukan pembangunan
pertanian (sektor basis di perdesaan) dengan sektor industri yang selama ini secara terpusat dikembangkan di kota-kota tertentu saja. Secara luas pengembangan agropolitan berarti mengembangkan perdesaan dengan cara memperkenalkan fasilitas-fasilitas kota/modernyang disesuaikan dengan lingkungan perdesaan. Agropolitan ini menjadi kawasan pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian) yang memberi kontribusi terhadap pencaharian dan kesejahteraan masyarakat.

Untuk konteks Banten, saat ini pemerintah telah membangun sekitar 124km prasarana jalan untuk pengembangan agropolitan yang diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi industri pertanian. Hal itu dilakukan karena struktur perekonomian maupun komposisi penduduk di Provinsi Banten menurut mata pencaharian paling banyak jumlahnya di sektor pertanian.

Pertumbuhan wilayah utama di Banten hingga kini masih mengandalkan sektor pertanian, sehingga dalam pengembangan wilayahnya Pemerintah Provinsi Banten terus memerhatikan pengembangan aksesibilitas yang memadai. Tujuannya adalah untuk mensinergikan kawasan desa-desa pertanian dengan kawasan-kawasan industri lainnya. 

Pembenahan infrastruktur penunjang dengan pendekatan agropolitan itu merupakan salah satu upaya yang dilakukan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah untuk meningkatkan sektor pertanian. Hingga kini, dari 18 kawasan industri yang tersebar di Banten, sekitar 30% sudah dibangun kawasan agropolitan.
Meski demikian, jumlah kawasan tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan industri. Salah satu contohnya, dari sekitar 6.500 hektar lahan kakao yang ada di agropolitan Banten belum bisa mencapai taget kebutuhan industri pengolahan kakao di wilayah Tangerang.

Manfaat Agropolitan
Pada hari Selasa tanggal 28 Juni kemarin telah diadakan Lokakarya Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Pusat Pertumbuhan Provinsi Banten tahun 2011, di Hotel Krakatau Permata, Kota Cilegon. Dengan acara itu diharapkan bisa menciptakan keterpaduan program dan kerja sama antara Pemerintah Provisi Banten dengan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten. Sebuah program dan kerja sama dalam rangka pembangunan infrastruktur dasar kawasan agropolitan dan kawasan desa sebagai pusat pertumbuhan perekonomian.

Acara tersebut diikuti oleh 160 peserta yang terdiri dari instansi terkait, para Camat dan Kepala Desa/Lurah yang terdiri dari utusan Kabupaten Pandeglang (Kecamatan Panimbang), Kabupaten Serang (Kecamatan Waringin Kurung), Kota Cilegon (Kecamatan Cilegon), Kota Serang (Kecamatan Kasemen), Kabupaten Tangerang (Sepatan dan Mauk), Kota Tangerang (Kecamatan Cipondoh), Kota Tangerang Selatan (Kecamatan Ciputat) dan Kabupaten Lebak (Kecamatan Malingping dan Wanasalam).

Menurut hemat penulis, konsep agropolitan di Banten akan memberikan kemudahan produksi dan pemasaran kepada petani antara lain berupa: input sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, alat-alat pertanian dsb), Sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi, listrik dsb) dan Sarana Pemasaran (pasar, terminal angkutan, sarana transportasi dsb). Dengan peningkatan kemudahan faktor-faktor produksi dan pemasaran tersebut maka biaya produksi dan biaya pemasaran dapat diperkecil, sehingga hasil pertanian dapat lebih kompetitif di pasar.

Agropolitan merupakan sistem yang utuh, terintegrasi, dan bersifat multi sektor, terdiri atas subsistem agribisnis hulu, subsistem usaha tani, subsistem agribisnis hilir, dan subsistem jasa-jasa penunjang. Keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan erat kaitannya dengan kontinuitas, kuantitas dan kualitas subsistem usahatani, khususnya benih. 

Manfaat yang diperoleh melalui pembangunan kawasan agropolitan adalah: terciptanya wawasan agribisnis dan budaya industri (industrial culture) pada masyarakat; berkembangnya kegiatan off-farm yang berupa aktivitas-aktivitas pasca panen, pengolahan, pemasaran, dan jasa-jasa; tumbuhnya industri-industri di pedesaan sehingga dapat menciptakan nuansa perkotaan di desa; berkembangnya investasi di pedesaan sehingga aliran dana yang selama ini dari desa ke kota berubah menjadi dari kota ke desa; bertambahnya lapangan kerja; berkurangnya arus urbanisasi; dan meningkatnya pen

Oleh karena itu, komitmen pemerintah terhadap pengemabangan agropolitan Banten patut diapresiasi dengan berbagai dukungan dan kerja sama semua elemen masyarakat. Sejatinya, sebuah program tidak akan mampu berjalan secara maksimal jika tidak disertai dengan partisipasi yang nyata dari masyarakat.

KADER terbaik GOLKAR bernama Ratu Atut

Gubernur wanita pertama di Indonesia ini kembali mendapatkan penghargaan. Kali ini, Ratu Atut mendapat penghargaan Satya Lencana Wira Karya dari Menteri Pertanian. Penghargaan diberikan sesuai SK Mentan Nomor 1416/TU.220/A/6/2011 tertanggal 13 Juni 2011 di Desa Perjiwa, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim.
 
Diberikannya penghargaan itu karena Ratu Atut berjasa dalam mengembangkan usaha petani dan nelayan tanah air, khususnya di Banten. Ratu Atut dinilai memenuhi kriteria dan indikator pemimpin yang layak mendapat penghargaan. Beberapa indikatornya adalah; kebijaksanaan program pembangunan pertanian, LHP bidang pertanian, pelaporan keuangan bidang pertanian, serapan teknologi pertanian, pertumbuhan produktivitas sektor pertanian, dan hasil-hasil yang dicapai.
Terhadap penghargaan itu, saya sebagai warga Banten menyampaikan apresiasi yang selayaknya kepada Gubernur Banten. Namun demikian, saya ingin mengulasnya dari indikator yang menjadi ukuran panitia Penas XIII Petani dan Nelayan. Hal ini penting karena objektifitas sebuah penilaian harus didasarkan pada data di lapangan. Bagaimanakah keberadaan usaha petani dan nelayan Banten yang sebenarnya?
Usaha Petani
Luas lahan pertanian di Banten pada tahun 2009 mencapai 366.138 hektar, dan pada tahun 2010 bertambah menjadi 406.411 hektar. Dengan luasnya areal pertanian itu, Banten cukup potensial menghasilkan produksi padi yang berlimpah. Bahkan Banten bisa menjadi kontrib
Sejauh ini, hasil produksi beras selalu sesuai target dari tahun ke tahun bahkan trendnya mengalami peningkatan. Di tahun 2010 misalnya, target produksi beras mencapai 2.048.047 ton gabah kering giling dan mengalami kenaikan sebesar 10,7 persen. Sementara, pada tahun 2009 target produksi beras Banten hanya mencapai 1.849.008 ton gkg. Ini artinya, produksi beras di Banten berhasil memperoleh surplus 87.004 ton.
Sedangkan pada tahun 2011, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Banten menargetkan produksi beras sebanyak 2.190.632 ton gabah kering keliling (GKG). Dengan estimasi produksi padi dari Januari-April mencapai 859.401 ton, dan estimasi pada Mei-Desember mencapai 1.328.797 ton. Dengan target dan estimasi itu, diharapkan pada tahun 2011 surplus beras Banten mencapai 305.648 ton.
Kontribusi sebesar 2.048.047 ton gkg itu tersebar di empat sentra daerah penghasil padi Banten, yakni Kabupaten Pandeglang, Lebak, Serang dan Kabupaten Tangerang. Rinciannya, Kabupaten Pandeglang sebesar 30,82 persen, Kabupaten Lebak 23,69 persen, Kabupaten Serang 20,54 persen, dan Kabupaten Tangerang sebesar 20,01 persen.
Meningkatnya produksi padi di Banten tidak terlepas dari upaya Pemprov Banten dalam meningkatkan usaha tani yang didukung dengan Pergub No.1 Tahun 2010 tentang Gerakan Aksi Membangun Pertanian Rakyat Terpadu. Dalam upayanya, Pemprov Banten menerapkan strategi dengan memberikan bantuan dan penyuluhan seperti memberikan bantuan benih, subsidi pupuk, alsintan, pengelolaan tanaman terpadu melalui sekolah lapangan, dan sebagainya.
Penyuluhan pertanian misalnya dilakukan pemerintah secara intens dan intensif seperti program sekolah lapang tani (SLPT). Saat ini, tercatat 3.200 kelompok tani (Poktan) yang produktif se-Banten. Melalui program ini, para petani dilatih secara intensif sehingga mampu meningka
Strategi lain dalam meningkatan produksi beras adalah dengan menerapkan teknologi pertanian yang aplikatif, seperti penanaman padi dengan metode System of Rice Intensification (SRI) serta penerapan agro ekoteknologi dan teknologi produksi dengan pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). Dan, hal penting lain yang telah dilakukan Pemprov Banten adalah melengkapi serta memperbaiki infrastruktur pertanian.
Usaha Nelayan
Di dalam peningkatan usaha nelayan, upaya yang dilakukan pemerintah Provinsi Banten cukup strategis dan beragam. Hal ini disebabkan Pemprov Banten saat ini tengah fokus dalam mengembangkan sektor kelautan dan perikanan. Program utama yang tengah direalisasikan adalah pegembangan kawasan minapolitan Banten. 
Lokasi sentra pengembangan minapolitan Banten meliputi Pelabuhan perikanan Nusantara (PPN) Karangantu, Kota Serang, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Kabupaten Pandeglang, kawasan budidaya rumput laut Pontang, Kota Serang, dan kawasan budidaya kerang Panimbang dan kawasan pangkalan pendaratan ikan (PPI) Binuangeun.Mulai 2012 empat kawasan pelabuhan perikanan tersebut akan menjadi kawasan minapolitan di Banten untuk jenis perikanan tangkap.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan hasil tangkapan ikan nelayan. Salah satunya adalah dengan memberikan bantuan dan penyuluhan kepada para nelayan melalui pembentukan kelompok kerja. Hasilnya bisa kelihatan di mana dengan jumlah nelayan yang hanya kurang lebih 23.678 orang, mampu mengahasilkan tangkapan ikan mencapai 58.978,83 ton dari target 59.728 ton (99,50 persen). Nilai produksi hasil tangkap itu diperkirakan mencapai Rp 66 miliar lebih. Trend hasil tangkapan ikan juga mengalami kenaikan signifikan dari tahun ke tahun.
Tidak hanya itu, di sektor kelautan, pemerintah juga mempunya program pembudiyaan rumput laut. Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan budidaya rumput laut, sehingga penerimaan dari sektor kelautan dan perikanan setiap tahun bisa terus meningkat. 
Program itu telah berhasil menjalankan 9 dari 10 indikator yang ditetapkan dalam target pembangunan tahun 2010. Indikator itu, di antaranya adalah peningkatan jumlah kelompok usaha bersama (KUB) dengan target 50 kelompok yang mendapat bantuan pertahun. Dari target tersebut berhasil diwujudkan sebanyak 96 KUB atau mencapai target 192,0 persen.
Melalui program pembudidayaan rumput laut, pemerintah berhasil meningkatkan hasil panen sebagaimana telah dirasakan masyarakat di Desa Cigorondong, Kecamatan Sumur, Pandeglang, yang baru-baru ini menggelar panen raya rumput laut. Dengan areal seluas 75 hektar di sepanjang pantai Desa Cigorondong, petani di desa itu mampu menghasilkan 80 ton setiap kali panen.
Melihat kebijaksanaan program pembangunan pertanian Pemprov Banten, pertumbuhan produktivitas sektor pertanian serta hasil-hasil yang telah dicapainya, maka Ratu Atut Chosiyah sangat layak mendapat penghargaan Satya Lencana Wira Karya sebagaimana diberikan oleh Menteri Pertanian. Sebuah penghargaan atas upaya dan prestasi yang sesungguhnya. 
Sebagai warga Banten, kita tentu mengharapkan agar upaya dan prestasi itu terus berlanjut dan dikembangkan. Tak ada kata lain kecuali bersatu meneruskan pembangunan untuk Banten yang lebih baik dan lebih maju.

Pengembangan Kawasan Minapolitan dari IPB



 


Sumber: http://www.marissa-haque.com/

13083897902037116453
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas laut sekitar 5,8 juta km². Menurut data World Resources Institute tahun 1998, laut Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 91.181 km. Di dalamnya terkandung sumber daya perikanan dan kelautan yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan tumpuan pembangunan ekonomi berbasis sumber daya alam. 

Namun hingga kini, Indonesia belum mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki. Pengelolaan perikanan misalnya, saat ini menunjukkan tren semakin menurun. Kondisi pemanfaatan sumber daya ikan di perairan laut Indonesia secara umum mengalami overfishing yang mengarah pada penurunan cadangan ikan secara gradual. 

Oleh karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan 41 Kawasan Minapolitan percontohan di Indonesia, salah satunya Provinsi Banten. Kawasan minapolitan itu dimaksudkan untuk meningkatkan produksi perikanan demi kesejahteraan masyarakat. Program minapolitan digulirkan sebagai akselerator bagi pembangunan kelautan dan perikanan berbasis kawasan yang mampu membangkitkan multiplier effect perekonomian daerah.

Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah telah menetapkan lokasi-lokasi pengembangan kawasan perikanan terpadu (Minapolitan Banten) sebagai sentra pengembangan perikanan. Kawasan tersebut meliputi: Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu dan kawasan budidaya rumput laut Pontang (Kota Serang), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan (Kab.Padeglang), kawasan budidaya kerang Panimbang dan kawasan pangkalan pendaratan ikan (PPI) Binuangeun.
Di samping itu, Ratu Atut juga telah membuat satu terobosan untuk mengoptimalkan laju perekonomian pesisir, salah satunya, dengan mengalokasikan dana Rp1 miliar untuk setiap kecamatan di pesisir Banten. Dana itu disiapkan untuk memperbaiki dan membangun infrastruktur, khususnya sarana prasarana jalan yang menunjang kegiatan perekonomian kawasan minapolitan.

Terhadap kebijakan tersebut, saya akan menganalisis dari perspektif pembangunan ekonomi nasional dan pembangunan ekonomi daerah. Hal ini penting karena suatu kebijakan harus dinilai dari aspek signifikansi, efisiensi, kulaitas serta manfaat yang dirasakan langsung oleh masyarakat.


Signifikansi Kebijakan
Pada dasarnya, pelaksanaan program minapolitan memiliki tiga tujuan, yaitu meningkatkan produksi serta kualitas perikanan, meningkatkan pendapatan nelayan pembudidaya serta pengolah ikan, dan mengembangkan kawasan ekonomi kelautan dan perikanan untuk menggerakkan ekonomi daerah.
Dalam konteks nasional, tujuan itu ditetapkan untuk mewujudkan visi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di dunia pada 2015. 

Program minapolitan yang diyakini akan meningkatkan produksi perikanan target mproduksi sebesar 12,26 juta ton pada 2011 dan 22,39 juta ton pada 2014. Bahkan KKP menempatkan perikanan budi daya sebagai primadona perikanan yang saat ini menurun.
 
Menurut data sebelumnya, di tahun 2007, untuk produksi perikanan tangkap Indonesia berada pada peringkat ke-3 dunia, dengan tingkat produksi perikanan tangkap periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%. Sedangkan untuk produksi perikanan budidaya berada pada urutan ke-4 dengan kenaikan rata-rata produksi pertahun sejak 2003 mencapai 8,79%.

Dalam konteks pembangunan daerah, pengembangan kawasan minapolitan sangat penting untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir Banten. Saat ini pertumbuhan perekonomian di Provinsi Banten bisa dibagi dalam dua wilayah pembangunan, yaitu utara dan selatan. Bagian utara meliputi Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Cilegon. Sedangkan bagian selatan meliputi Kabupaten Lebak, Pandeglang, dan Serang.

Daerah bagian selatan relatif tertinggal dibandingkan daerah bagian utara. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB 2009 di Kabupaten Pandeglang dan Lebak bagian selatan masing-masing mencapai Rp 3,9 miliar dan Rp 3,8 miliar. Sedangkan bagian utara seperti Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang mencapai Rp 17 miliar dan Rp 27 miliar. Padahal, Kabupaten Lebak dan Pandeglang luasnya 63,89 persen dari luas Banten. Sementara Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang hanya 12.06 persen luas Banten.
Maka melalui pengembangan kawasan minapolitan, ketimpangan yang terjadi antara wilayah utara-selatan dapat teratasi. Di sinilah letak signifikansi pengembangan kawasan minapolitan di Banten, yakni sebagai sebuah strategi pemerataan pembangunan. 

Pengembangan kawasan minapolitan di Banten cukup prospektif karena berdiri di atas prinsip pengembangan kewilayahan yang efektif, efisien disertai dukungan lintas sektor. Dengan demikian, diharapkan potensi kekeayaan laut di wilayah selatan dapat dikembangkan dan dieksploitasi secara optimal, sehingga berdampak positif bagai masyarakat.

Di samping itu, keseriusan Gubernur Banten dalam mengembangkan kawasan minapolitan sangat berkontribusi dalam mewujudkan visi kelautan dan perikanan 2015. Ini adalah bentuk sinergitas antara pemerintah pusat dengan daerah. Sebab tanpa sinergi, target produksi mustahil akan tercapai.
Sinergitas antara pusat dan daerah harus dilakukan, paling tidak, dalam tiga hal, yaitu sinkronisasi tujuan, sinergi pola pembiayaan dan konsistensi pemerintah daerah dalam melaksanakan arahan kebijakan pemerintah.

Menyebalkan Ratu Atut Chosiyah, Marissa Haque Fawzi Selalu tolak Damai

Marissa Haque Tolak  Damai

Selasa, 12 Agustus 2008 | 21:18 WIB
TEMPO Interaktif, Tangerang


Gugatan perdata  pencemaran nama baik Universitas Borobudur semakin rumit. Agenda  mediasi  yang disarankan  pengadilan negeri  Tangerang tak  digubris kedua belah pihak yang sedang  berperkara.

Kasus ini berawal dari pernyataan Marissa Haque yang menuding Universitas Borobudur, Jalan Kalimalang, Jakarta Timur, telah mengeluarkan ijzah palsu untuk Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Banten. Manajeman Universitas Borobudur menilai pernyataan itu telah merusak nama baik lembaga pendidikan itu. Mereka kemudian menggugat Marissa di Pengadilan Negeri Tangerang.

Kuasa hukum Universitas Borobudur, Dendy K. Amudy, mengatakan pernyataan Marissa dimuat di harian sore Suara Pembaruan. Universitas Borobudur sangat dirugikan. Aktivitas belajar mahasiswa terganggu dan para alumninya juga khawatir ijazah mereka tidak laku.

Dalam persidangan siang tadi, majelis hakim Zaid Umar Bob Said menyatakan, mediasi kedua belah pihak tidak menghasilkan  perdamaian. "Kedua pihak menolak  mediasi,"kata Bob.

Dengan penolakan itu, persidangan  akan dilanjutkan pekan depan dengan agenda mendengarkan jawaban dari  Marissa sebagai pihak tergugat. (Ayu Cipta)
http://www.marissa-haque.com/

Indonesia Ngutang Teruuuus...Mendingan Zaman Presiden Soehartolah!

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- LSM Koalisi Anti Utang (KAU) mendesak agar pemerintah tidak lagi mengandalkan dana yang berasal dari utang luar negeri sebagai salah satu sumber untuk membiayai pembangunan di dalam negeri.

"Semakin besar kita mengandalkan utang maka akan semakin besar bahaya yang bisa berdampak pada ekonomi nasional," kata Ketua LSM Koalisi Anti Utang (KAU) Dani Setiawan di Jakarta, Jumat. Menurut dia, isu utang seharusnya saat ini menjadi "debat panas" di dalam DPR karena banyak hal yang harus diperhatikan terkait hal itu.

Ia mencontohkan, hal penting yang harus dicermati terkait dengan utang adalah sejauh mana jumlah cicilan pokok dan biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar utang tersebut. Dani juga mengingatkan bahwa Indonesia juga harus belajar dari kekisruhan dalam penentuan pagu utang AS yang sempat menjadi perdebatan hangat baik di dalam tubuh pemerintah AS maupun kongres negara itu.

"Di AS terlihat isu utang menjadi krusial tetapi di Indonesia isu utang masih belum menjadi debat politik yang panas," katanya. Sebelumnya, Kepala Biro Humas Bank Indonesia Didi A Johansyah juga menilai, total utang luar negeri Indonesia baik pemerintah maupun swasta yang terus meningkat hingga kwartal I tahun ini patut terus dicermati.

"Meski ekonomi kita stabil dan fundamental ekonomi bagus, tetapi utang luar negeri harus terus dicermati dengan mengingatkan pelaku bisnis untuk mengelola utang luar negerinya secara berhati-hati," kata Didi di Jakarta akhir Juni lalu.

Jumlah utang luar negeri Indonesia sampai kwartal I 2011 mencapai 214,5 miliar dolar AS, meningkat 10 miliar dolar AS dibanding posisi akhir 2010. Jumlah tersebut terdiri atas utang Pemerintah sebesar 128,6 miliar dolar AS dan utang swasta 85,9 miliar dolar AS.
Sedangkan rasio utang dibanding PDB saat ini 28,2 persen lebih baik dibanding 1997/1998 sebesar 151,2 persen. Sementara rasio utang jangka pendek dibanding cadangan devisa saat ini 42,6 persen lebih baik dibanding posisi 1997/1998 sebesar 142,7 persen.